July 3, 2019

Kesimpulan Makna Pidato “I Have A Dream” oleh Martin Luther King Jr.


Pidato “I Have A Dream” yang disampaikan oleh pemimpin Penggerakan Hak Sipil atau dikenal juga dengan African-American Civil Rights Movement; Martin Luther King Jr. adalah salah satu pidato yang paling mengesankan dalam sejarah Amerika. 

Pidato ini disampaikan pada bulan Maret tahun 1963 di Washington D.C. Isi utama dari pidato itu adalah mengenai persamaan hak dan kebebasan yang dimimpikan oleh warga Afrika-Amerika. Pada saat itu, Amerika memiliki tingkat diskriminasi ras sosial yang cukup tinggi. Tidak jarang warga yang “berwarna” mendapatkan tindakan kurang humanis.
            
Terdapat 5 isu yang ditemukan di pidato King, yang pertama adalah mengenai Police Brutality yang terdapat pada:

“We can never be satisfied as long as the Negro is the victim of the unspeakable horrors of police brutality”

Kedua adalah mengenai segregasi yang ditemukan pada kutipan berikut:

“We can never be satisfied as long as our children are stripped of their self-hood and robbed of their dignity by signs stating: ‘For Whites Only’”.

Ketiga adalah mengenai hak memberikan suara atau voting yang ditemukan pada:

“We cannot be satisfied as long as a Negro in Mississippi cannot vote and a Negro in New York believes he has nothing for which to vote.”

Keempat adalah mengenai ketidakadilan ekonomi yang ditemukan pada:

“We cannot be satisfied as long as the negro’s basic mobility is from a smaller ghetto to a larger one.”

Isu terakhir dapat ditemukan saat klimaks pidato yang menggunakan frasa “I have a dream” dengan mencantumkan anaknya sendiri pada pidatonya dan ketidakadilan yang dihadapi anak-anaknya, yaitu adalah mengenai prasangka rasial atau Racial Prejudice:

“I have a dream that my four little children will one day live in a nation where they will not be judged by the color of their skin but by the content of their character.”

Selain menggunakan banyak pengulangan frasa “I have a dream”, King juga menyantumkan beberapa nama wilayah di Amerika (Georgia, Mississippi, Alabama, New Hampshire, New York, Pennsylvania, Colorado, California, Georgia, dan Tennessee) dimana King berhasil, dengan menyatakan refrensi dari bagian Utara hingga Selatan Amerika, untuk memastikan bahwa kebebasan perlu “berdering” dipenjuru daerah Amerika. Selain itu, King juga ingin menjelaskan bahwa ketidakadilan bukan hanya ada di bagian Selatan tapi juga di Utara.

Pada bagian penutup, King menjelaskan bahwa “mimpi”nya tidak hanya untuk satu kaum saja, melainkan berdasarkan impian orang-orang dai semua ras dan agama yang bekerja sama untuk merealisasikan cita-cita itu dan memastikan bahwa hak-hak itu berlaku bagi semua orang:

When we let freedom ring, when we let it ring from every village and every hamlet, from every state and every city, we will be able to speed up that day when all of God’s children, black men and white men, Jews and Gentiles, Protestants and Catholics, will be able to join hads and sing in the words of that old Negro spiritual, “Free at last! Free at last! Thank God almighty, we are free at last!”

No comments:

Post a Comment