Pidato “I Have A Dream” yang disampaikan oleh
pemimpin Penggerakan Hak Sipil atau dikenal juga dengan African-American Civil Rights Movement; Martin Luther King Jr. adalah
salah satu pidato yang paling mengesankan dalam sejarah Amerika.
Pidato ini
disampaikan pada bulan Maret tahun 1963 di Washington D.C. Isi utama dari
pidato itu adalah mengenai persamaan hak dan kebebasan yang dimimpikan oleh
warga Afrika-Amerika. Pada saat itu, Amerika memiliki tingkat diskriminasi ras
sosial yang cukup tinggi. Tidak jarang warga yang “berwarna” mendapatkan
tindakan kurang humanis.
Terdapat
5 isu yang ditemukan di pidato King, yang pertama adalah mengenai Police Brutality yang terdapat pada:
“We
can never be satisfied as long as the Negro is the victim of the unspeakable
horrors of police brutality”
Kedua
adalah mengenai segregasi yang ditemukan pada kutipan berikut:
“We
can never be satisfied as long as our children are stripped of their self-hood
and robbed of their dignity by signs stating: ‘For Whites Only’”.
Ketiga
adalah mengenai hak memberikan suara atau voting
yang ditemukan pada:
“We
cannot be satisfied as long as a Negro in Mississippi cannot vote and a Negro
in New York believes he has nothing for which to vote.”
Keempat
adalah mengenai ketidakadilan ekonomi yang ditemukan pada:
“We
cannot be satisfied as long as the negro’s basic mobility is from a smaller
ghetto to a larger one.”
Isu
terakhir dapat ditemukan saat klimaks pidato yang menggunakan frasa “I have a
dream” dengan mencantumkan anaknya sendiri pada pidatonya dan ketidakadilan
yang dihadapi anak-anaknya, yaitu adalah mengenai prasangka rasial atau Racial Prejudice:
“I
have a dream that my four little children will one day live in a nation where
they will not be judged by the color of their skin but by the content of their
character.”
Selain
menggunakan banyak pengulangan frasa “I have a dream”, King juga menyantumkan
beberapa nama wilayah di Amerika (Georgia, Mississippi, Alabama, New Hampshire,
New York, Pennsylvania, Colorado, California, Georgia, dan Tennessee) dimana
King berhasil, dengan menyatakan refrensi dari bagian Utara hingga Selatan
Amerika, untuk memastikan bahwa kebebasan perlu “berdering” dipenjuru daerah
Amerika. Selain itu, King juga ingin menjelaskan bahwa ketidakadilan bukan
hanya ada di bagian Selatan tapi juga di Utara.
Pada
bagian penutup, King menjelaskan bahwa “mimpi”nya tidak hanya untuk satu kaum
saja, melainkan berdasarkan impian orang-orang dai semua ras dan agama yang
bekerja sama untuk merealisasikan cita-cita itu dan memastikan bahwa hak-hak
itu berlaku bagi semua orang:
“When
we let freedom ring, when we let it ring from every village and every hamlet,
from every state and every city, we will be able to speed up that day when all
of God’s children, black men and white men, Jews and Gentiles, Protestants and
Catholics, will be able to join hads and sing in the words of that old Negro
spiritual, “Free at last! Free at last! Thank God almighty, we are free at
last!”
No comments:
Post a Comment