Hallo semuanya.
Hari ini saya akan menjelaskan asal usul terciptanya manusia menurut agama
Islam.
Yuk mari disimak!
Mungkin kalian familiar dengan teori Charles Darwin yang mencetuskan teori
evolusi berpendapat bahwa makhluk hidup, termasuk manusia adalah berasal dari
evolusi atau perubahan-perubahan makhluk sebelumnya yang memiliki kemampuan
sederhana.Perubahan-perubahan tersebut membuat kemampuan manusia menjadi lebih
sempurna.
Charles Darwin |
Pendapat ini ditunjang oleh ditemukannya beberapa fakta ilmiah
seperti fosil dari manusia purba seperti, Meghantropus dan Pitheccanthropus di
berbagai daerah. Namun, asal usul manusia menurut pandangan agama Islam sangat
bertentangan dengan apa yang telah dikemukakan oleh para pencetus dan pendukung
teori evolusi manusia.
Selain agama Islam, hampir dari semua agama di Dunia menentang pendapat
ini. Penentangan itu terjadi karena pemikiran mereka didasarkan pada
berita-berita dan informasi dalam kitab sucinya masing-masing. Salah satu dari
kitab suci tersebut adalah Al-Quran, yaitu agama yang saya anut sejak
kecil. Al-Quran adalah kitab suci agama Islam. Al-Quran sebagai kitab suci
agama Islam menyebutkan beberapa proses kejadian manusia yang lebih rinci dan
jelas.
Sebelum saya menjelaskan asal-usul manusia, saya akan menjelaskan
pengertian manusia menurut agama Islam.
Manusia adalah makhluk yang dimuliakan, Islam tidak memposisikan manusia
dalam kehinaan, kerendahan, atau tidak berharga seperti binatang, benda mati,
atau makhluk lainnya. Untuk itu Allah berfirman:
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (al-Israa': 70)
"Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di Bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya, dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke Bumi, melainkan dengan izin-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia." (al-Hajj: 65)
Allah telah menganugrahkan manusia dengan kemampuan yang dengan manusia
dapat menguasai semesta yang telah diperuntukkan Allah bagi manusia. Artinya
Allah melarang manusia menghinakan diri pada semesta ini. Dia telah memberikan
keamanan kepada manusia dalam menghadapi semesta karena umat manusia diberi
kekuasaan untuk menundukkan alam semesta demi kemaslahatan umat manusia. Itulah
dasar pendidikan Rabbani yang dengannya Al-Quran menumbuhkan kehormatan dan
harga diri dalam diri manusia sekaligus juga menumbuhkan kesadaran terhadap
karunia Allah.
Ketika manusia mengendarai kapal terbang, atau mobil, hendaknya ia ingat
kepada firman Allah berikut ini:
"Supaya kamu duduk di atas punggungya kemudia kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi Kami padahal Kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan Sesungguhnya Kami akan kembali kepada Tuhan kami." (Az-Zukhruf: 13-14)
Hakekat manusia bersumber pada dua hal:
1. Pertama, ashal al ba'id (asal yang jauh), yaitu penciptaan pertama dari
tanah yang kemudian Allah menyempurnakannya dan meniupkan kepadanya sebagian
ruh-Nya.
2. Kedua, ashal al-qarib (asal yang dekat), yaitu penciptaan manusia itu
dari nutfah. Untuk menjelaskan kedua asal tersebut, Allah berfirman yang
artinya:
"Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakann dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, pengelihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur." (as-Sajdah: 7-9)
Selain itu, Al-Quran juga mengatakan bagaimana Allah menciptakan Adam:
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud." (al-Hijr: 28-29)
Demikianlah Al-Quran mengarahkan pandangan manusia pada kehinaan yang dari
kehinaan itu manusia diciptakan di dalam rahim ibunya, yaitu: "..dari
saripati air yang hina (air mani) .." (as-Sajdah: 8).
"Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara sulbi dan tulang dada." (at-Thaariq: 6-7)
"Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba Ia menjadi penentang yang nyata." (Yaasiin: 77)
Arahan Al-Quran itu ditunjukan untuk menghancurkan kecongkakan manusia dan
melemahkan ketakaburannya sehingga dia benar-benar tawadlu dalam kehidupannya.
Al-Quran pun memberikan kejelasan tentang pertolongan Allah yang telah
diberikan kepada manusia ketika berada dalam kegelapan rahim, ketika
ditumbuhkan sebagai janin dan dikembangkan hingga tuntas penciptaannya, seperti
firman Allah:
"Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan, yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia: Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (az-Zumar: 6)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik." (al-Mu'minuun: 12-14)
Ayat tersebut membawa manusia pada pengakuan atas keindahan dan rasa syukur
kepada Pencipta. Buah pendidikan Al-Quran ini, diantaranya terwujud dalam doa
Rasulullah SAW, berikut ini:
"Wajahku bersujud kepada Dzat yang telah menciptakannya, memberinya rupa, pendengaran, dan pengelihatan. Maka Mahasuci Allah sebagai Pencipta yang paling baik." (HR Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan:
"Ya Allah, kepada Engkaulah aku bersujud, kepada Engkaulah aku beriman, dan kepada Engkaulah aku berserah diri. Wajahku bersujud kepada Dzat yang telah menciptakannya, memberi rupa, pendengaran, dan pengelihatan. Maka Mahasuci Allah sebagai Pencipta terbaik."
Al-Quran menjelaskan beberapa tahapan dalam proses kejadian dan asal-usul
manusia secara rinci. Terdapat 3 tahapan, ketiga tahapan tersebut antara lain
kejadian dan asal-usul manusia pertama, kedua, dan ketiga. Berikut adalah penjelasan
dari masing-masing tahapan tersebut.
- Kejadian dan Asal-Usul Manusia Pertama (Adam)
Kejadian dan asal-usul manusia pertama yang berarti pula proses penciptaan
Adam diawali oleh pembentukan fisik dengan membuatnya langsung dari tanah yang
kering yang kemudian ditiupkan ruh ke dalamnya sehingga ia hidup. Keteranan
tersebut sesuai dengan hadist riwayat Tirmidzi, dimana Nabi SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah menciptakan Adam AS dari segenggam tanah yang diambil dari seluruh bagian bumi, maka anak cucu Adam-pun seperti itu, sebagian ada yang baik dan buruk, ada yang mudah (lembut) dan kasar dan sebagainya"
- · Kejadian dan Asal-Usul Manusia Kedua (Hawa)
Allah menciptakan segala sesuatu secara berpasang-pasangan. Begitupun
dengan manusia, Adam yang diciptakan hendak dipasangkan oleh Allah dengan lawan
jenisnya, yang diciptakan dari tulang rusuk Adam, yaitu Siti Hawa. Keterangan
tersebut sesuai dengan firman Allah QS. An-Nisa, ayat 1 berikut:
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kami dari jiwa yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya, kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."
- · Kejadian dan Asal-Usul Manusia Ketiga (Adam dan Hawa)
Kejadian dan asal-usul manusia yang ketiga terkait dengan proses kejadian
seluruh umat keturunan Nabi Adam dan Siti Hawa (kecuali Isa, AS.) proses
kejadian manusia yang disebutkan dalam Al-Quran ternyata setelah dewasa ini
dapat dipertanggung jawabkan secara medis. Dalam Al-Quran, asal-usul manusia
secara biologi dijelaskan dalam Surat Al-Mu'minuun: 12-14 berikut ini:
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik." (al-Mu'minuun: 12-14)
Ungkapan ilmiah dari Al-Quran dan Hadist 15 abad silam telah menjadi bahan
penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu tentang organ-organ
jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al-Quran dengan
"saripati berasal dari tanah" sebagai substansi dasar kehidupan
manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang semua berasal
dan hidup dari tanah. Yang kemudia melalui proses metabolisme yang ada di dalam
tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari pernikahan
(hubungan seksual), maka terjadi pembaharuan antara sperma (lelaki), dan ovum
(sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk
manusia yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).
Ibnu Mandzur rahimahullah berkata:
" 'Alaqoh adalah binatang kecil yang ada di air yang menghisap darah, jamaknya 'Alaq"
dan berkata juga:
"Binatang merah kecil, ada di air, terkadang menempel di badan dan menghisap darah"
Fairuz Abadi rahimahullah berkata:
" 'Alaqoh adalah binatang kecil yang berada di air yang menghisap darah".
Perkataan para Ahli tafsir terdahulu semuanya sama dan tidak keluar dari
penafsiran ahli bahasa. Adapun sebagian Ahli tafsir zaman sekarang telah
mengisyaratkan apa yang sesuai dengan penemuan – penemuan di zaman sekarang.
Ibnu 'Asyuur , ahli tafsir masa kini berkata:
"Termasuk dari Mukjizat Alqur'an tentang keilmuan adalah penamaan janin fase ini dengan nama 'Alaqoh. Itu adalah penamaan yang sangat bagus dan serasi, karena telah diteliti bahwa bagian kecil yang terbentuk dari Nuthfah (yaitu 'Alaqoh ) dia punya daya hisap yang kuat yang menghisap darah dari ibu, karena dia menempel di urat-urat yang ada di rahim ibu, dimana darah disuplai kepadanya. Dan 'Alaqoh adalah segumpal darah yang membeku."
Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara
bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al
Qur’an dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum.
Ini sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog terkemuka dari Amerika
yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau mengatakan:
"Saya takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al Qur’an yang diturunkan pada abad ke-7 M itu".
Selain itu beliau juga mengatakan:
"Dari ungkapan Al Qur’an dan hadits banyak mengilhami para scientist (ilmuwan) sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup manusia yang diawali dengan sel tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian pula ide tentang perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik dari kromosom zygote belum ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi jauh sebelumnya Al Qur’an telah menegaskan dari nutfah Dia (Allah) menciptakannya dan kemudian (hadits menjelaskan bahwa Allah) menentukan sifat-sifat dan nasibnya."
Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin) bahwa
selama embriyo berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang menutupinya
yaitu dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus (rahim), dan lapisan tipis
amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan
dalam selaput yang menutup/membungkus anak dalam rahim). Hal ini ternyata
sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Qur’an :
"Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan". (QS. Az Zumar (39)
- Hadist Tentang Proses Kejadian
“Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata: Telah bersabda kepada kami Rasulullah SAW, Beliau adalah orang yang jujur dan terpercaya; “Sesungguhnya seorang diantara kamu (setiap kamu) benar-benar diproses kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud air mani; kemudian berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal darah; lantas berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal daging; kemudian malaikat dikirim kepadanya untuk meniupkan roh kedalamnya; lantas (sang janin) itu ditetapkan dalam 4 ketentuan:
1. Ditentukan (kadar) rizkinya,
2. Ditentukan batas umurnya,
3. Ditentukan amal perbuatannya,
4. Ditentukan apakah ia tergolomg orang celaka ataukah orang yang beruntung"
Hadis ini masih ada kelanjutannya (HR Ahmad).
Penjelasan Hadist:
Hadis
tersebut Dimuka menjelaskan proses kejadian manusia dalam rahim ibunya, yaitu
40 hari pertama berwujud “Nutfah“ (air mani laki-laki bersenyawa
dengan sel telur perempuan), 40 hari kedua berproses menjadi “Alaqah“ (segumpal darah), 40 hari ketiga berproses menjadi “Mudlghoh“ (segumpal daging).
Hadis
tersebut di muka lebih lanjut menjelaskan bahwa saat berwujud nudlghah itulah
Allah SWT mengirim malaikat untuk memasangkan roh kepadanya bersamaan dengan
ditetapkannya 4 ketentuan sebagaimana telah disebutkan dalam hadis.
- Hadist Tentang Asal-usul Manusia
Di
dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan:
"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR. Bukhari-Muslim)
Disamping Allah SWT menjelaskan
secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalam Al-Qur’an. Di dalam
sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda:
"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah". (HR. Bukhari)
No comments:
Post a Comment