June 13, 2017

Karakteristik Kewirausahaan

  • Perilaku dan Sikap Kewirausahaan

Wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan, dan memiliki motivasi tinggi dalam mengejar tujuannya. Untuk mencapai tujuan-tujuannya, maka diperlukan sikap dan perilaku yang mendukung pada diri seorang wirausaha.

Sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh sesorang. Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada kemajuan dan positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang wirausaha agar wirausaha tersebut dapat maju dan sukses.

Menurut Dr. M. Suparmoko, M.A, sikap-sikap seorang wirausaha adalah sebagai berikut:

1. Memiliki sikap keyakinan, kemandirian, individualitas, dan optimisme

2. Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik, dan memiliki inisiatif

3. Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan

4. Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat begaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun

5. Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas

6. Memiliki presepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan

7. Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras

Perilaku yang dimiliki oleh seorang wirausaha yang baik adalah sebagai berikut:

1. Percaya diri

2. Berorientasi tugas dan hasil

3. Pengambil risiko

4. Mengambil alih kepemimpinan

5. Keorisinilan

6. Berorientasi ke masa depan

7. Jujur dan tekun

SUMBER:
Suparmoko, M. 2006. Ekonomi 3 SMA Kelas XII. Jakarta: Yudhistira

  • Karakteristik Kewirausahaan
Menurut McClellend dalam bukunya Masyukur Wiratmo, karakteristik wirausaha adalah sebagai berikut:

A. Keinginan Untuk Berprestasi

Penggerak utama motivasi wirausaha adalah kebutuhan untuk berprestasi.

B. Keinginan Untuk Bertanggung Jawab

Wirausahawan lebih memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai.

C. Preferensi Pada Risiko-risiko Menengah

Wirausahawan pada dasarnya senang untuk mengambil risiko, tetapi mereka juga tetap menggunakan akal sehat perhitungan sehingga mereka menghindari risiko tinggi dan cenderung memiliki risiko moderat

D. Presepsi Pada Kemungkinan Berhasil

Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kualitas kepribadian wirausaha yang penting.

E. Rangsangan Oleh Umpan Balik

Wirausahawan memberi rangsangan untuk mencapai hasil kerja yang tinggi dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.

F. Aktivitas Energik

Wirausahawan bersifat akif dan dinamis dan mempunyai proporsi waktu yang lebih besar dalam mengerjakan tugas dengan cara baru.

G. Orientasi Ke Masa Depan

Wirausahawan selalu berpikir ke depan. Mereka selalu melakukan tindakan antisifatif guna menghadapi apa yang akan terjadi di masa depan.

H. Ketrampilan Dalam Mengorganisasi

Wirausahawan biasanya sangat objektif dalam memilih individu-individu untuk melakukan tugas-tugas tertentu

I. Sikap Terhadap Uang

Bagi wirausahawan yang terpenting adalah prestasi kerja, keuntungan finansial ada di urutan kedua. Mereka menganggap uang hanya sebagai lambang konkret dari tercapainya tujuan dan pembuktian kompentensi mereka.

SUMBER:
Purnastuti, Losina, dan Rr. Indah Mustikawati. 2006. Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XII. Yogyakarta: Grasino.

  • Success Story - Houtman Zainal Arifin


Houtman Zainal Arifin merupakan putra lulusan SMA asal Sumatera yg mencoba merantau ke ibukota pada tahun 60an demi menggapai cita²nya menjadi orang sukses. Perjalanan diawali dengan menjadi anak jalanan dan pedagang asongan. Hingga pada akhirnya memperoleh pekerjaan formil sebagai Office Boy (OB) di salah satu bank tekemuka asal Amerika, Citibank. Dengan rasa keingintahuannya yg tinggi disertai semangatnya yg ingin belajar, Houtman perlahan² naik pangkat dari yg semula OB menjadi petugas photocopy, dan akhirnya memperoleh status sebagai karyawan bank tersebut. Singkat cerita, setiap perjalanan karirnya yg menanjak adalah buah dari tekadnya yg besar dan ringan tangan. Selalu ingin membantu orang dan mau belajar tentang segala hal. Pada akhirnya kepercayaan timbul di mata para karyawan lainnya. Tak heran hingga akhirnya beliau menduduki jabatan sebagai Vice President of Citibank dalam kurun waktu 19 tahun dengan lulusan SMA! Kisah ini terjawab sudah bahwa tidak ada yg tidak mungkin dan memupuskan bahwa tidak hanya ada di sinetron maupun FTV kisah seperti ini terjadi. Houtman menjawab semua itu, menjawab keraguan teman-temannya sesama OB ketika Ia banyak bertanya segala hal seputar pekerjaan.

Kisah hidup beliau bermula dari pindahnya beliau ke Jakarta. Beliau kemudian tinggal di Kampung Bali dari tahun 1951-1974. Sewaktu tinggal di tanah abang, ayah beliau sakit keras. Orang tuanya ingin berobat, tetapi tidak mempunyai biaya yang cukup. Melihat keadaan seperti itu, beliau tidak mau menyerah. Dengan bermodal hanya Rp 2.000,- hasil pinjaman dari temannya, beliau menjadi pedagang asongan menjajakan perhiasan imitasi dari jalan raya hingga ke kolong jembatan mengarungi kerasnya kehidupan ibukota. Usaha dagangannya kemudian laku keras, namun ketika ia sudah menuai hasil dari usahanya, ternyata Tuhan memberinya cobaan, ketika petugas penertiban datang, dagangannya di injak hingga jatuh ke lumpur. Ketika semua dagangan beliau sudah rusak bercampur lumpur, ternyata teman-temannya yang dari kawula rendah seperti tukang sepatu, tukang sayur, dan lain-lain, beramai-ramai membersihkan dagangan beliau. Disini beliau mulai mendapatkan pengalaman berharga tentang kerasnya kehidupan Ibukota.

Tetapi kondisi seperti ini tidak membuat Houtman kehilangan cita-cita dan impian. Suatu ketika Houtman beristirahat di sebuah kolong jembatan, dia memperhatikan kendaran-kendaraan mewah yang berseliweran di jalan Jakarta. Para penumpang mobil tersebut berpakaian rapih, keren dan berdasi. Houtman remaja pun ingin seperti mereka, mengendarai kendaraan berpendingin, berpakaian necis dan tentu saja memiliki uang yang banyak. Saat itu juga Houtman menggantungkan cita-citanya setinggi langit, sebuah cita-cita dan tekad diazamkan dalam hatinya. Azam atau tekad yang kuat dari Houtman telah membuatnya ingin segera merubah nasib. Tanpa menunggu waktu lama Houtman segera memulai mengirimkan lamaran kerja ke setiap gedung bertingkat yang dia ketahui. Bila ada gedung yang menurutnya bagus maka pasti dengan segera dikirimkannya sebuah lamaran kerja. Houtman menyisihkan setiap keuntungan yang diperolehnya dari berdagang asongan digunakan untuk membiayai lamaran kerja.

Sampai di rumah, beliau melihat ada orang gila wara-wiri di sekitar rumah beliau. Orang gila itu hampir nggak pake baju. Beliau pada saat itu cuma punya baju 3 pasang. Hebatnya, beliau ikhlas memberi ke orang gila itu sepasang baju plus sabun plus sisir. Tuhan memang Maha Adil, Pada hari ketiga setelah kejadian tersebut, Tiba-tiba datang surat yang menyatakan bila beliau diterima menjadi OB disebuah perusahaan yang sangat terkenal dan terkemuka di Dunia, The First National City Bank (citibank), sebuah bank bonafid dari USA. Houtman pun diterima bekerja sebagai seorang Office Boy. Sebuah jabatan paling dasar, paling bawah dalam sebuah hierarki organisasi dengan tugas utama membersihkan ruangan kantor, wc, ruang kerja dan ruangan lainnya.

Waktu jadi OB, beliau melihat training. Karena jabatan beliau hanya OB, beliau tentu tidak dianggap. Bahasa Inggris beliau pun cuma sekedar yes-no. Tapi beliau berprinsip, “Saya harus berbuat. Saya harus pintar.” Setiap hari selama training itu, beliau ada di depan pintu dan mencatat semuanya. Training officer-nya lama-lama jadi menyuruh beliau masuk (tapi secara kasar). Si training officer mengumumkan pada para trainer, “Pengumuman, dia tidak terdaftar dan dia tidak akan diuji,” kata training officer. Mendengarnya, Houtman tidak terima. Dia sudah berada di ruangan yang sama berarti dia sudah menjadi salah satu trainer juga dan juga harus diuji.

Pak Houtman lalu menantang diri beliau sendiri, “Saya harus lulus!” batin beliau. Padahal saingan beliau adalah lulusan UI, Michigan, Ohio, ITB dan banyak universitas TOP lainnya. Sementara beliau, SMA bisa lulus aja udah untung. “Pokoknya harus lulus dan gak boleh jadi yang terakir,” tekad beliau. Tuhan memang Maha Besar, dari 34 orang beliau termasuk 4 besar dan beliau pada tahun 1978 dikirim ke Eropa.

Sebagai Office Boy Houtman selalu mengerjakan tugas dan pekerjaannya dengan baik. Terkadang dia rela membantu para staf dengan sukarela. Selepas sore saat seluruh pekerjaan telah usai Houtman berusaha menambah pengetahuan dengan bertanya tanya kepada para pegawai. Dia bertanya mengenai istilah istilah bank yang rumit, walaupun terkadang saat bertanya dia menjadi bahan tertawaan atau sang staf mengernyitkan dahinya.

Mungkin dalam benak pegawai ”ngapain nih OB nanya-nanya istilah bank segala, kayak ngerti aja”. Sampai akhirnya Houtman sedikit demi sedikit familiar dengan dengan istilah bank seperti Letter of Credit, Bank Garansi, Transfer, Kliring, dll. Suatu saat Houtman tertegun dengan sebuah mesin yang dapat menduplikasi dokumen (saat ini dikenal dengan mesin photo copy). Ketika itu mesin foto kopi sangatlah langka, hanya perusahaan perusahaan tertentu lah yang memiliki mesin tersebut dan diperlukan seorang petugas khusus untuk mengoperasikannya. Setiap selesai pekerjaan setelah jam 4 sore Houtman sering mengunjungi mesin tersebut dan minta kepada petugas foto kopi untuk mengajarinya. Houtman pun akhirnya mahir mengoperasikan mesin foto kopi, dan tanpa di sadarinya pintu pertama masa depan terbuka. Pada suatu hari petugas mesin foto kopi itu berhalangan dan praktis hanya Houtman yang bisa menggantikannya, sejak itu pula Houtman resmi naik jabatan dari OB sebagai Tukang Foto Kopi.

Menjadi tukang foto kopi merupakan sebuah prestasi bagi Houtman, tetapi Houtman tidak cepat berpuas diri. Disela-sela kesibukannya Houtman terus menambah pengetahuan dan minat akan bidang lain. Houtman tertegun melihat salah seorang staf memiliki setumpuk pekerjaan di mejanya. Houtman pun menawarkan bantuan kepada staf tersebut hingga membuat sang staf tertegun. “bener nih lo mo mau bantuin gua” begitu Houtman mengenang ucapan sang staff dulu. “iya bener saya mau bantu, sekalian nambah ilmu” begitu Houtman menjawab. “Tapi hati-hati ya ngga boleh salah, kalau salah tanggung jawab lo, bisa dipecat lo”, sang staff mewanti-wanti dengan keras.

Akhirnya Houtman diberi setumpuk dokumen, tugas dia adalah membubuhkan stempel pada Cek, Bilyet Giro dan dokumen lainnya pada kolom tertentu. Stempel tersebut harus berada di dalam kolom tidak boleh menyimpang atau keluar kolom. Alhasil Houtman membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut karena dia sangat berhati-hati sekali. Selama mengerjakan tugas tersebut Houtman tidak sekedar mencap, tapi dia membaca dan mempelajari dokumen yang ada. Akibatnya Houtman sedikit demi sedikit memahami berbagai istilah dan teknis perbankan. Kelak pengetahuannya ini membawa Houtman kepada jabatan yang tidak pernah diduganya.

Houtman cepat menguasai berbagai pekerjaan yang diberikan dan selalu mengerjakan seluruh tugasnya dengan baik. Dia pun ringan tangan untuk membantu orang lain, para staff dan atasannya. Sehingga para staff pun tidak segan untuk membagi ilmu kepadanya. Sampai suatu saat pejabat di Citibank mengangkatnya menjadi pegawai bank karena prestasi dan kompetensi yang dimilikinya, padahal Houtman hanyalah lulusan SMA. Kemudian ia pun di angkat menjadi pegawai di bank Citibank tersebut, Peristiwa pengangkatan Houtman menjadi pegawai Bank menjadi berita luar biasa heboh dan kontroversial. Bagaimana bisa seorang OB menjadi staff, bahkan rekan sesama OB mencibir Houtman sebagai orang yang tidak konsisten. Houtman dianggap tidak konsisten dengan tugasnya, “jika masuk OB, ya pensiun harus OB juga” begitu rekan sesama OB menggugat.

Houtman tidak patah semangat, dicibir teman-teman bahkan rekan sesama staf pun tidak membuat goyah. Houtman terus mengasah keterampilan dan berbagi membantu rekan kerjanya yang lain. Hanya membantulah yang bisa diberikan oleh Houtman, karena materi tidak ia miliki. Houtman tidak pernah lama dalam memegang suatu jabatan, sama seperti ketika menjadi OB yang haus akan ilmu baru. Houtman selalu mencoba tantangan dan pekerjaan baru. Sehingga karir Houtman melesat bak panah meninggalkan rekan sesama OB bahkan staff yang mengajarinya tentang istilah bank.

REFRENSI:
- Vibby, Santo., Zero Preneurs. Wealth & Grow Publishing, Jakarta, 2013
http://sosok.kompasiana.com/2012/12/21/selamat-jalan-pak-houtman-517832.html
- http://kolom-biografi.blogspot.com/2012/12/biografi-houtman-zainal-arifin-kisah.html
- http://inspirasikaizen.blogspot.com/2012/12/kisah-hidup-houtman-zainal-arifin.html#.Ubnj-eej0-o 

No comments:

Post a Comment