September 21, 2017

Bon Voyage! - West Sumatra

2017 has given me so many experiences, especially being able to explore several places in Sumatra, Indonesia. In this post, I only will tell you about my experiences in Bukittingi, West Sumatra. 

But, do I travel or do I go on holiday? Let me tell you the differences between holiday and travel. 

Holiday is a trip where you completely forget all of your worries, pamper yourself as much as you want, and usually stayed in one place. The journey is already planned; your airport is booked, stayed at 4-5* hotel that you've booked, and you don't have to worry about running out of money, The activities that you'll have is less strenuous and you tend to be more relaxed. On the other hand, traveling can be more tiring than holiday. The days are spent by exploring a destination, either by walking, cycling, hiking, etc. The budget that you'll spend is less expensive. Instead of staying at 4-5* hotel, you'll stay in some nice hostels which actually can surprise you or questionable hostels. Instead of carrying a suitcase, you'll carry a backpack. And the outfit you'll wear is a comfortable clothing, yet sporty.

Travelling as a Backpacker

Pampering yourself on Holiday
Pampering Yourself on Holiday



Okay. 

After I explain you the differences between Holiday and Travel, let me tell you my holiday experiences!

  • Bukittinggi, West Sumatra
[ February 2nd, 2017 ]

Before I went to Bukittinggi, I went to Pekanbaru, Riau to visit my uncle. I went there by airplane from Jakarta by myself. I met my family which is already arrived at my uncle's. We stayed there for 3 days. Too bad, I didn't take any picture there. As the day went by, We went to Bukittinggi by car. To be honest, I love trips by car more than taking a plane or ship, because we get to see so many different cool places on our journey. According to GoogleMaps, the trip will take more or less 5 hours 20 minutes but since my dad is a really fast driver, our trip took more or less 3 or 4 hours!



On our way, we stopped to see the famous "Kelok 9 (Sembilan)" in Payakumbuh, West Sumatra. Kelok 9 means 9 sharp turns.


Kelok 9

After we arrived at Bukittinggi, we stayed at Indria Hotel for 2 nights. We stayed there because it's the only place with 4 empty rooms. The hotel is nice for a budget hotel. In front of every each room there's a sitting area, free wifi, and the location is great because it's close to Jam Gadang, Pasar Atas, Pasar Bawah, and public transport are plenty. I would recommend this hotel if you're on tight budget. Later, after we were done unpacking and showered, we're not ready to sleep yet. Even the weather is not that nice (drizzling), we went out to see Jam Gadang. We ate Nasi Kapau which is another name for Nasi Padang. It might look the same, but the taste is so much better than what I had in Jakarta.


Jam Gadang

The next morning, we went shopping to the famous clothing line that you only can find here in Bukittingi; Kapuyuak. You might think is a strange name but if you translate it to Minang Language, it means Cockroach. This clothing line is quite similar to Joger because they sell simple accessories and clothes with words on it. Kapuyuak also has a cute logo for their store, it's a Cockroach with samurais on its back! The prices are not that expensive as well.


Check out their store!

After we're done shopping, we went Lobang Jepang. Lobang Jepang is a bunker of protection built by Japanese army forces around 1942 for defense purposes. The length of the tunnel that reaches 1400 meters and has a width of about 2 meters. In this tunnel, there are surveillance room, ambush room, prison, eating room, courtroom, and armory room. If you're at Bukittinggi, I would recommend you to go here. 

They open at 7.30 - 18.30 and they charged us Rp 8.000/person. This place is close to Panorama Park with its many monkeys and you can look directly at the Ngarai si Anok (Anok Canyon) which is a popular tourist spot in Bukittinggi. They also provide us a tour guide so we won't get lost and they'll explain to us more about this place. You don't have to worry about the inside, now the inside is much nicer and cleaner. They also have an arranged lightning inside, so that we can see better in the dark.

The Map of Lobang Jepang

The Entrance of Lobang Jepang

Inside of Lobang Jepang
Ngarai si Anok (Anok Canyon)

Next, we visited Wildlife Areas and Cultural Kinantan because my little cousins want to see some animals. The place isn't overcrowded. The ticket price for an adult is Rp 10.000 and for a kid is Rp 8.000. 

In my opinion, there were many new animals I met in the zoo which lives in the Indonesian culture. The zoo is located on the peak of Bukittinggi itself, the nice view from Limpapeh Bridge and a very nice park for to hang out. However, the zoo itself is in very poor condition and the animals are sad. The size of the cage the animals were in is far too small. Besides, I didn't like the way people treated them. It was painful to watch children poking the animals. Even their parents just watched them bullying the poor animals.

Limpapeh Bridge

Birds on the Dirty Pond๐Ÿ˜”

Then, We went to Lake Maninjau. Before we went there, we stopped by Anai Waterfall. We took a couple picture there and then passed the famous Kelok 44 that usually used for bike racing

Anai Waterfall

My Family and I in front of Anai Waterfall

Kelok 44

We saw Lake Maninjau from an uphill. The view is breathtaking, and we stayed in a traditional coffee shop or as we called in Indonesia; Warung Kopi. The weather is cold because the wind is very strong. 

My Mom and I

Lake Maninjau



When we were done, we went back to Medan and I spent the rest of my holiday there. I would recommend visiting Bukittinggi because there are so many places you can visit and see. There are many food choices and various hotels for you to stay in. The weather is cold and windy.๐Ÿ˜€

June 13, 2017

Karakteristik Kewirausahaan

  • Perilaku dan Sikap Kewirausahaan

Wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan, dan memiliki motivasi tinggi dalam mengejar tujuannya. Untuk mencapai tujuan-tujuannya, maka diperlukan sikap dan perilaku yang mendukung pada diri seorang wirausaha.

Sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh sesorang. Sifat dan watak yang baik, berorientasi pada kemajuan dan positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan oleh seorang wirausaha agar wirausaha tersebut dapat maju dan sukses.

Menurut Dr. M. Suparmoko, M.A, sikap-sikap seorang wirausaha adalah sebagai berikut:

1. Memiliki sikap keyakinan, kemandirian, individualitas, dan optimisme

2. Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik, dan memiliki inisiatif

3. Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan

4. Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat begaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun

5. Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas

6. Memiliki presepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan

7. Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras

Perilaku yang dimiliki oleh seorang wirausaha yang baik adalah sebagai berikut:

1. Percaya diri

2. Berorientasi tugas dan hasil

3. Pengambil risiko

4. Mengambil alih kepemimpinan

5. Keorisinilan

6. Berorientasi ke masa depan

7. Jujur dan tekun

SUMBER:
Suparmoko, M. 2006. Ekonomi 3 SMA Kelas XII. Jakarta: Yudhistira

  • Karakteristik Kewirausahaan
Menurut McClellend dalam bukunya Masyukur Wiratmo, karakteristik wirausaha adalah sebagai berikut:

A. Keinginan Untuk Berprestasi

Penggerak utama motivasi wirausaha adalah kebutuhan untuk berprestasi.

B. Keinginan Untuk Bertanggung Jawab

Wirausahawan lebih memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai.

C. Preferensi Pada Risiko-risiko Menengah

Wirausahawan pada dasarnya senang untuk mengambil risiko, tetapi mereka juga tetap menggunakan akal sehat perhitungan sehingga mereka menghindari risiko tinggi dan cenderung memiliki risiko moderat

D. Presepsi Pada Kemungkinan Berhasil

Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kualitas kepribadian wirausaha yang penting.

E. Rangsangan Oleh Umpan Balik

Wirausahawan memberi rangsangan untuk mencapai hasil kerja yang tinggi dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.

F. Aktivitas Energik

Wirausahawan bersifat akif dan dinamis dan mempunyai proporsi waktu yang lebih besar dalam mengerjakan tugas dengan cara baru.

G. Orientasi Ke Masa Depan

Wirausahawan selalu berpikir ke depan. Mereka selalu melakukan tindakan antisifatif guna menghadapi apa yang akan terjadi di masa depan.

H. Ketrampilan Dalam Mengorganisasi

Wirausahawan biasanya sangat objektif dalam memilih individu-individu untuk melakukan tugas-tugas tertentu

I. Sikap Terhadap Uang

Bagi wirausahawan yang terpenting adalah prestasi kerja, keuntungan finansial ada di urutan kedua. Mereka menganggap uang hanya sebagai lambang konkret dari tercapainya tujuan dan pembuktian kompentensi mereka.

SUMBER:
Purnastuti, Losina, dan Rr. Indah Mustikawati. 2006. Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XII. Yogyakarta: Grasino.

  • Success Story - Houtman Zainal Arifin


Houtman Zainal Arifin merupakan putra lulusan SMA asal Sumatera yg mencoba merantau ke ibukota pada tahun 60an demi menggapai cita²nya menjadi orang sukses. Perjalanan diawali dengan menjadi anak jalanan dan pedagang asongan. Hingga pada akhirnya memperoleh pekerjaan formil sebagai Office Boy (OB) di salah satu bank tekemuka asal Amerika, Citibank. Dengan rasa keingintahuannya yg tinggi disertai semangatnya yg ingin belajar, Houtman perlahan² naik pangkat dari yg semula OB menjadi petugas photocopy, dan akhirnya memperoleh status sebagai karyawan bank tersebut. Singkat cerita, setiap perjalanan karirnya yg menanjak adalah buah dari tekadnya yg besar dan ringan tangan. Selalu ingin membantu orang dan mau belajar tentang segala hal. Pada akhirnya kepercayaan timbul di mata para karyawan lainnya. Tak heran hingga akhirnya beliau menduduki jabatan sebagai Vice President of Citibank dalam kurun waktu 19 tahun dengan lulusan SMA! Kisah ini terjawab sudah bahwa tidak ada yg tidak mungkin dan memupuskan bahwa tidak hanya ada di sinetron maupun FTV kisah seperti ini terjadi. Houtman menjawab semua itu, menjawab keraguan teman-temannya sesama OB ketika Ia banyak bertanya segala hal seputar pekerjaan.

Kisah hidup beliau bermula dari pindahnya beliau ke Jakarta. Beliau kemudian tinggal di Kampung Bali dari tahun 1951-1974. Sewaktu tinggal di tanah abang, ayah beliau sakit keras. Orang tuanya ingin berobat, tetapi tidak mempunyai biaya yang cukup. Melihat keadaan seperti itu, beliau tidak mau menyerah. Dengan bermodal hanya Rp 2.000,- hasil pinjaman dari temannya, beliau menjadi pedagang asongan menjajakan perhiasan imitasi dari jalan raya hingga ke kolong jembatan mengarungi kerasnya kehidupan ibukota. Usaha dagangannya kemudian laku keras, namun ketika ia sudah menuai hasil dari usahanya, ternyata Tuhan memberinya cobaan, ketika petugas penertiban datang, dagangannya di injak hingga jatuh ke lumpur. Ketika semua dagangan beliau sudah rusak bercampur lumpur, ternyata teman-temannya yang dari kawula rendah seperti tukang sepatu, tukang sayur, dan lain-lain, beramai-ramai membersihkan dagangan beliau. Disini beliau mulai mendapatkan pengalaman berharga tentang kerasnya kehidupan Ibukota.

Tetapi kondisi seperti ini tidak membuat Houtman kehilangan cita-cita dan impian. Suatu ketika Houtman beristirahat di sebuah kolong jembatan, dia memperhatikan kendaran-kendaraan mewah yang berseliweran di jalan Jakarta. Para penumpang mobil tersebut berpakaian rapih, keren dan berdasi. Houtman remaja pun ingin seperti mereka, mengendarai kendaraan berpendingin, berpakaian necis dan tentu saja memiliki uang yang banyak. Saat itu juga Houtman menggantungkan cita-citanya setinggi langit, sebuah cita-cita dan tekad diazamkan dalam hatinya. Azam atau tekad yang kuat dari Houtman telah membuatnya ingin segera merubah nasib. Tanpa menunggu waktu lama Houtman segera memulai mengirimkan lamaran kerja ke setiap gedung bertingkat yang dia ketahui. Bila ada gedung yang menurutnya bagus maka pasti dengan segera dikirimkannya sebuah lamaran kerja. Houtman menyisihkan setiap keuntungan yang diperolehnya dari berdagang asongan digunakan untuk membiayai lamaran kerja.

Sampai di rumah, beliau melihat ada orang gila wara-wiri di sekitar rumah beliau. Orang gila itu hampir nggak pake baju. Beliau pada saat itu cuma punya baju 3 pasang. Hebatnya, beliau ikhlas memberi ke orang gila itu sepasang baju plus sabun plus sisir. Tuhan memang Maha Adil, Pada hari ketiga setelah kejadian tersebut, Tiba-tiba datang surat yang menyatakan bila beliau diterima menjadi OB disebuah perusahaan yang sangat terkenal dan terkemuka di Dunia, The First National City Bank (citibank), sebuah bank bonafid dari USA. Houtman pun diterima bekerja sebagai seorang Office Boy. Sebuah jabatan paling dasar, paling bawah dalam sebuah hierarki organisasi dengan tugas utama membersihkan ruangan kantor, wc, ruang kerja dan ruangan lainnya.

Waktu jadi OB, beliau melihat training. Karena jabatan beliau hanya OB, beliau tentu tidak dianggap. Bahasa Inggris beliau pun cuma sekedar yes-no. Tapi beliau berprinsip, “Saya harus berbuat. Saya harus pintar.” Setiap hari selama training itu, beliau ada di depan pintu dan mencatat semuanya. Training officer-nya lama-lama jadi menyuruh beliau masuk (tapi secara kasar). Si training officer mengumumkan pada para trainer, “Pengumuman, dia tidak terdaftar dan dia tidak akan diuji,” kata training officer. Mendengarnya, Houtman tidak terima. Dia sudah berada di ruangan yang sama berarti dia sudah menjadi salah satu trainer juga dan juga harus diuji.

Pak Houtman lalu menantang diri beliau sendiri, “Saya harus lulus!” batin beliau. Padahal saingan beliau adalah lulusan UI, Michigan, Ohio, ITB dan banyak universitas TOP lainnya. Sementara beliau, SMA bisa lulus aja udah untung. “Pokoknya harus lulus dan gak boleh jadi yang terakir,” tekad beliau. Tuhan memang Maha Besar, dari 34 orang beliau termasuk 4 besar dan beliau pada tahun 1978 dikirim ke Eropa.

Sebagai Office Boy Houtman selalu mengerjakan tugas dan pekerjaannya dengan baik. Terkadang dia rela membantu para staf dengan sukarela. Selepas sore saat seluruh pekerjaan telah usai Houtman berusaha menambah pengetahuan dengan bertanya tanya kepada para pegawai. Dia bertanya mengenai istilah istilah bank yang rumit, walaupun terkadang saat bertanya dia menjadi bahan tertawaan atau sang staf mengernyitkan dahinya.

Mungkin dalam benak pegawai ”ngapain nih OB nanya-nanya istilah bank segala, kayak ngerti aja”. Sampai akhirnya Houtman sedikit demi sedikit familiar dengan dengan istilah bank seperti Letter of Credit, Bank Garansi, Transfer, Kliring, dll. Suatu saat Houtman tertegun dengan sebuah mesin yang dapat menduplikasi dokumen (saat ini dikenal dengan mesin photo copy). Ketika itu mesin foto kopi sangatlah langka, hanya perusahaan perusahaan tertentu lah yang memiliki mesin tersebut dan diperlukan seorang petugas khusus untuk mengoperasikannya. Setiap selesai pekerjaan setelah jam 4 sore Houtman sering mengunjungi mesin tersebut dan minta kepada petugas foto kopi untuk mengajarinya. Houtman pun akhirnya mahir mengoperasikan mesin foto kopi, dan tanpa di sadarinya pintu pertama masa depan terbuka. Pada suatu hari petugas mesin foto kopi itu berhalangan dan praktis hanya Houtman yang bisa menggantikannya, sejak itu pula Houtman resmi naik jabatan dari OB sebagai Tukang Foto Kopi.

Menjadi tukang foto kopi merupakan sebuah prestasi bagi Houtman, tetapi Houtman tidak cepat berpuas diri. Disela-sela kesibukannya Houtman terus menambah pengetahuan dan minat akan bidang lain. Houtman tertegun melihat salah seorang staf memiliki setumpuk pekerjaan di mejanya. Houtman pun menawarkan bantuan kepada staf tersebut hingga membuat sang staf tertegun. “bener nih lo mo mau bantuin gua” begitu Houtman mengenang ucapan sang staff dulu. “iya bener saya mau bantu, sekalian nambah ilmu” begitu Houtman menjawab. “Tapi hati-hati ya ngga boleh salah, kalau salah tanggung jawab lo, bisa dipecat lo”, sang staff mewanti-wanti dengan keras.

Akhirnya Houtman diberi setumpuk dokumen, tugas dia adalah membubuhkan stempel pada Cek, Bilyet Giro dan dokumen lainnya pada kolom tertentu. Stempel tersebut harus berada di dalam kolom tidak boleh menyimpang atau keluar kolom. Alhasil Houtman membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut karena dia sangat berhati-hati sekali. Selama mengerjakan tugas tersebut Houtman tidak sekedar mencap, tapi dia membaca dan mempelajari dokumen yang ada. Akibatnya Houtman sedikit demi sedikit memahami berbagai istilah dan teknis perbankan. Kelak pengetahuannya ini membawa Houtman kepada jabatan yang tidak pernah diduganya.

Houtman cepat menguasai berbagai pekerjaan yang diberikan dan selalu mengerjakan seluruh tugasnya dengan baik. Dia pun ringan tangan untuk membantu orang lain, para staff dan atasannya. Sehingga para staff pun tidak segan untuk membagi ilmu kepadanya. Sampai suatu saat pejabat di Citibank mengangkatnya menjadi pegawai bank karena prestasi dan kompetensi yang dimilikinya, padahal Houtman hanyalah lulusan SMA. Kemudian ia pun di angkat menjadi pegawai di bank Citibank tersebut, Peristiwa pengangkatan Houtman menjadi pegawai Bank menjadi berita luar biasa heboh dan kontroversial. Bagaimana bisa seorang OB menjadi staff, bahkan rekan sesama OB mencibir Houtman sebagai orang yang tidak konsisten. Houtman dianggap tidak konsisten dengan tugasnya, “jika masuk OB, ya pensiun harus OB juga” begitu rekan sesama OB menggugat.

Houtman tidak patah semangat, dicibir teman-teman bahkan rekan sesama staf pun tidak membuat goyah. Houtman terus mengasah keterampilan dan berbagi membantu rekan kerjanya yang lain. Hanya membantulah yang bisa diberikan oleh Houtman, karena materi tidak ia miliki. Houtman tidak pernah lama dalam memegang suatu jabatan, sama seperti ketika menjadi OB yang haus akan ilmu baru. Houtman selalu mencoba tantangan dan pekerjaan baru. Sehingga karir Houtman melesat bak panah meninggalkan rekan sesama OB bahkan staff yang mengajarinya tentang istilah bank.

REFRENSI:
- Vibby, Santo., Zero Preneurs. Wealth & Grow Publishing, Jakarta, 2013
http://sosok.kompasiana.com/2012/12/21/selamat-jalan-pak-houtman-517832.html
- http://kolom-biografi.blogspot.com/2012/12/biografi-houtman-zainal-arifin-kisah.html
- http://inspirasikaizen.blogspot.com/2012/12/kisah-hidup-houtman-zainal-arifin.html#.Ubnj-eej0-o 

April 21, 2017

Kepemimpinan


Nama: Indira Rahma
Kelas: 2 SA 01
NPM: 13615346

1. Definisi Kepemimpinan

Menurut Wahjosumidjo (2005: 17) Kepemimpinan diterjemahkan kedalam istilah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola, interaksi, hubungan kerja sama antarperan, kedudukan dari satu jabatan administratrif, dan persuasif, dan presepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh.

A. Dale Timple (2000: 58) mengartikan Kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial di dalam mana manajer mencari keikutsertaan sukarela dari bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Dengan kepemimpinan yang dilakukan seorang pemimpin juga menggambarkan arah dan tujuan yang akan dicapai dari sebuah organisasi. Sehingga dapat dikatakan kepemimpinan sangat berpengaruh bagi nama besar organisasi.

Miftah Thoha (2010: 9) berpendapat bahwa Kepemimpinan adalah kegiatan yang memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.

Menurut C. Turney (1992) dalam Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74) mendefiniskan Kepemimpinan sebagai suatu group proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui apsikasi teknik-teknik manajemen.

George R. Terry (Miftah Thoha, 2010: 5) mengartikan bahwa Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

2. Pentingnya Kepemimpinan dalam Perusahaan

Kepemimpinan penting sekali bagi pengelolaan perusahaan karena kepemimpinan adalah modal yang sama pentingnya dengan kepercayaan dan kreativitas, kepemimpinan menggabungkan kreativitas dan kepercayaan menjadi sebuah usaha yang efektif dan berpengaruh luas dan hidup, usaha yang dibangun tanpa kepemimpinan hanya akan menjadi usaha yang tidak berkembang.

Dengan adanya kepemimpinan yang baik maka niscaya akan memberntuk usaha semakin berkembang dan menjadi besar, serta banyak orang yang mau berkerja untuk anda. Kepemimpinan dibentuk secara bertahap, sejalan dengan tumbuhnya usaha (kompinasi dari pengetahuan, pengalaman, keterampilan, cara mengarahkan dan penerimaan)

3. Fungsi Kepemimpinan dalam Perusahaan

Fungsi Kepemimpinan menurut Kartini Kartono adalah memadu, menuntun, membimbing, membangun, membangkitkan motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervise yang efisien.

Menurut Hadari Nawawi (1995: 74), fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam, bukan berada di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok atau organisasinya.

Menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:

  • Fungsi Instruktif


Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.

  • Fungsi Konsultatif


Pemimpin dapat menggunakan fungsi ini sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.

  • Fungsi Partisipasi


Dalam fungsi ini, pemimpin  berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya. Baik dalam pengambilan keputusan, maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.

  • Fungsi Delegasi


Pemimpin memberikan pelimpahan wewenang untuk membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi ini sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab. Fungsi ini harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.

  • Fungsi Pengendalian


Fungsi ini berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

Kemudian menurut Yuki (1998), fungsi kepemimpinan adalah usaha mempengaruhi dan mengarahkan karyawan untuk bekerja keras, memiliki semangat tinggi, dan memotivasi. agar mencapai tujuan organisasi.

Fungsi kepemimpinan yang hakiki adalah:

  • Selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha untuk mencapai tujuan.
  • Sebagai wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak luar.
  • Sebagai komunikator yang efektif.
  • Sebagai integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral.


4. Gaya Kepemimpinan dan Implikasinya dalam Perusahaan


Pengertian gaya kepemimpinan yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995) adalah pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti dipersepsikan atau diacu oleh bawahan. Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan ogranisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan terjentu (Heidjrachman dan Husnan, 1993)Sedangkan menurut Tjiptono (2001) gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004).

Mengimplementasikan peran kepemimpinan sebagai penentu arah, dalam arti kata pemimpin mengarahkan pengikutnya ke arah pencapaian tujuan organisasi. Jika pemimpin tidak memahami kondisi pengikut, maka untuk menggerakan kearah tujuan organisasi mustahil akan tercapai. Oleh kaerna itu, para pemimpin di dalam bertindak sebagai penentu arah, bagaikan alat (kompas) penentu arah yang digunakan oleh seorang nahkoda di tengah laut kemana tujuan dan sasaran yang dituju.

April 3, 2017

Franchise

NAMA: Indira Rahma

KELAS: 2 SA 01
NPM: 13615346


1. Definition of Franchise

Franchising is a method of distributing goods or services. A franchise is a type of business in which someone (the franchisee) agrees to pay certain fees and obey certain rules for the right to sell the goods or services of an established company (the franchisor) and benefit from its business methods, trade secrets, goodwill, professional training, and operating assistance. ( Eric C. Perkins, 2008 )

Barbara Beshel (2001) stated that franchise is the agreement or license between two legally independent parties which gives: (1) a person or group of people (franchisee) the right to market a product or service using the trademark or trade name of another business (franchisor), (2) the franchisee the right to market a product or serice using the operating methods of the franchisor, (3) the franchisee the obligation to pay the franchisor fees for these rights, and (4) the franchisor the obligation to provide rights and support to franchisees.

2. Types of Franchise

Franchising includes three basic types of systems: tradename franchising, product distribution franchising, and pure franchising. Each of these forms of franchising allows fanchisees to benefit from the parent company's identity.

  • Tradename Franchising involves being associated with a brand name, such as True Value Hardware or Western Auto.  In tradename franchising, a franchisee purchases the right to become identified with the franchisor's trade name without distributing particular products exclusively under the manufacturer's name
  • Product Distribution Franchising involves licensing the franchisee to sell specific products under the manufacturer's brand name and trademark though a selective, limited distribution network. This system is commonly used to market automobiles (General Motors and Toyata), gasoline products (Exxon and Chervron), soft drink (Pepsi Cola and Coca-Cola), bicycles, appliances, cosmetics, and other products).
  • Pure Franchising (or comprehensive or business format franchising) involves providing the franchisee with a complete business format. This highly structured relationship includes a license for a trade name, the products or services to be sold, the physical plant, the methods of operation, a marketing strategy plan, a quality control process, a two-way communications system, and the necessary business services. The franchisee purchases the right to use all of the elements of a fully integrated business operation. Business format franchising is the most common and the fastest growing of the three types of franchising, accounting for 85.1 percent of all franchise outlets in the United States.7 It is common among fast-food restaurants, hotels, business service firms, car rental agencies, educational institutions, and many other types of businesses. ( IFA Educational Foundation, 2004 )

3. Risks of Franchising

Obviously there are many risks that arise when vending a fanchise. 

The first risk for the franchisee can be the rules from the franchisor, such as the restriction to do the marketing, the inventory or in changing the program hours. This is one of the reasons why the contract between the parties must be read through all the rules and regulations.

A second risk is the reduced profit, because the franchisers take a considerable amount of the franchisee incomes. It is recommended to do a heavy research on how much money are expected to make and if the investment in worth.

The last and the most important risk is the success of the franchise, which can be a big risk if the franchisee depends on the franchise support. Location, service, and the economy all play into whether the franchise will succeed, and no one can predict the outcome of any of these.
( Miles D. Anthony, 2011 )



Bibliography

Anthony, Miles D., Risk Factors and Business Models: Understanding the Five Forces of Enteprenurial Risk and the Causes of Business Failure, Paperback, 2011, Froida.

Bashel, Barbara, An Introduction to Franchising, The IFA Educational Foundation, 2001, Washington, DC.

Perkins, Eric C., & Laughter, Justin M., Fundementals Of Franchising Your Business, Hirschler Fleischer Corp., 2008.

March 10, 2017

KEWIRAUSAHAAN

NAMA: Indira Rahma
KELAS: 2 SA 01
NPM: 13615346


1. Definisi

Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani, dan berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu.

Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Ini baru dari segi etimologi (asal usul kata). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk bari, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengandakan produk baru, mengatur permodalan operasi serta memasarkannya.

Dalam lampiran Keputusan Mentri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan bahwa:

a. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan. 

b. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan sesorang dalam menangani usaha atau kegiatan mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayaran yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Jadi, wirausaha itu mengarah kepada orang yang melakkan usaha / kegiatan sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan kewirausahaan menunjuk kepada sikap mental dan dimiliki seorang wirausaha dalam melaksanakan usaha / kegiatan.

(Sumber: Ekonomi-Holic.com. Selasa 7 Maret 2017, 21:07)


2. Ciri - Ciri Wirausaha

Seseorang dikatakan wirausaha sudah tentu memenuhi definisi wirausaha itu sendiri, untuk lebih jelasnya silahkan baca ciri-ciri wirausaha di bawah ini:

  • Yakin terhadap produk yang dimiliki 
  • Mengenal sangat banyak produknya 
  • Tidak berdebat dengan calon pelanggan 
  • Komunikatif dan negosiasi ramah dalam pelayanan 
  • Santun jujur dan berani
  • Menciptakan transaksi 

3. Tujuan Berwirausaha

Berikut beberapa tujuan dari seorang wirausaha yang seharusnya:

  • Berusaha dan bertekad dalam meningkatkan jumlah para wirausaha yang baik dengan kata lain ikut serta dalam mengader manusia manusia calon wirausaha untuk membangun jaringan bisnis yang lebih baik

  • Ikut serta dalam mewujudkan kemampuan para wirausaha untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan Negaranya

  • Ikut serta dalam menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran serta orientasi kewirausahaan yang kokoh.

  • Menyebarluaskan dan membuat budaya ciri ciri kewirausahaan disekitarnya terutama dalam masyarakat

  • Mengembangkan dalam bentuk inovasi dan kreasi agar tercipta dinamika dalam kewirausahaan atau dunia bisnis sehingga kemakmuran dapat tercapai

(Sumber: Entrepreneurship, Menjadi Pebisnis Ulung oleh Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto diterbitkan oleh Kompas Gramedia, tahun 2009 di Jakata)


DO I WANT TO OPEN MY OWN BUSINESS?

JIka saya memiliki kesempatan untuk membuka suatu usaha, saya ingin membuka sebuah clothing line dengan brand milik sendiri. Saya ingin membuat usaha ini sebagai usaha keluarga. Nama yang saat ini terpikirkan adalah " YA Cloth ", YA merupakan akrnonim dari kedua orang tua saya, yaitu, Yuspihal dan Ayu.

Barang - barang yang kami jual tidak hanya baju, melainkan tas, sepatu, topi, dan aksesoris. Barang yang kami jual juga tidak ditentukan untuk siapanya, barang - barangnya adalah genderless; bisa dipakai oleh siapa saja, mau laki - laki ataupun perempuan.

Rencananya saya sendiri yang akan mendesign barang - barangnya, kakak dan adik laki - laki saya yang akan memasarkannya. Pemasarannya untuk sementara waktu dengan online

Modal awal untuk membuka usaha ini berasal dari orang tua. Karena sejak dari dulu, kedua orang tua saya menawarkan modal untuk membuka usaha sendiri. Tapi, saya ingin juga memberikan modal dari hasil saya sendiri.

Harga yang kami berikan pun tidak akan terlalu mahal, mulai dari Rp 100.000 s/d Rp 250.000. Harga yang kami berikan akan sesuai dengan kualitas barang.

Alasan mengapa saya ingin membuka suatu clothing line adalah menurut saya, pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk manusia, pakaian selalu bergerak mengikuti jaman dan merupakan salah satu wadah untuk berkreasi. 

Berikut adalah contoh dari genderless clothing:

Source Picture
Source Picture
Source Picture